Monday, February 23, 2004
ISLAMIC NEW YEAR
1 Muharam 1425 Hijriah



Menyambut dan memeriahkan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1425 H, Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kabupaten Ende menyelenggarakan lomba gerak jalan memperebutkan piala Bupati Ende. Lomba Gerak Jalan ini diikuti oleh 40 regu dari berbagai masjid di kota Ende dengan total hadiah sebanyak Rp. 5 juta. Ketua PHBI Kabupaten Ende, Drs. Mansyur Do mengatakan, lomba itu sebenarnya diikuti oleh remaja dari lintas agama juga, tapi karena beberapa kendala sehingga hanya diikuti oleh remaja masjid saja. Untuk tahun depan, PHBI akan berkoordinasi juga sehingga kegiatan ini bisa diikuti oleh lintas agama, seperti Mudika, pemuda Syalom dan pemuda Hindu/Budha.

Sementara itu, ketua panitia penyelenggara, M Syamsu B. mengatakan, lomba tersebut diikuti oleh 40 regu yakni 24 regu putri dengan jarak tempuh 7,5 km dan 16 regu putra dengan jarak tempuh 10 km. Lomba gerak jalan tersebut juga diikuti oleh remaja Kompi Senapan C743 sebanyak 30 orang sebagai partisipan. Syamsu juga menambahkan, lomba gerak jalan dimulai dari kilometer nol dan berakhir juga di tempat itu dengan melibatkan 25 orang juri, yakni juri start, juri finish, juri tata barisan, keutuhan regu dan pengawas lintasan.

Mengenai Hadiah, Syamsu mengungkapkan, hadiah untuk juara pertama yakni piala bergilir, piala tetap dan uang sebesar 500 ribu. Juara kedua hanya mendapatkan piala tetap dan uang sebesar 400 ribu dan seterusnya. Untuk juara harapan I, II dan III memperoleh uang sebesar 200 ribu. Untuk hasil lomba ini, menurut Syamsu akan diumumkan pada puncak peringatan 1 Muharam yakni pada hari Senin 23 Februari 2004.

Lomba gerak jalan ini dibuka oleh Bupati Ende, Drs. Paulinus Domi dan juga dihadiri oleh Kapolres Ende, AKBP Drs. Jati Waluyo, Dandim Ende, Ketua Pengadilan Negeri dan disaksikan oleh seluruh masyarakat Ende. Peserta lomba gerak jalan ini menggunakan berbagai macam kostum dengan warna yang menarik, untuk remaja putri, pesertanya memakai jilbab dengan pakaian olah raga.

[dikutip dari Pos Kupang, Februari 2004]
 
Sunday, February 22, 2004
PEMBANGUNAN 1 PELABUHAN LAGI


Anggota DPRD Kabupaten Ende, Achmad Rauf, BA, meminta Pemerintah untuk melakukan sebuah perencanaan matang terhadap rencana pembangunan pelabuhan penyeberangan di Nangakeo, yang menurut program kerja akan dimulai dibangun pada Tahun Anggaran 2004, dengan dana awal Rp. 4,5 Miliar. Pelabuhan penyeberangan yang nantinya terletak di Nangakeo itu berjarak 12 km arah Barat Ende.

Menurutnya, rakyat Kabupaten Ende sangat mendukung rencana tersebut apalagi dikaitkan dengan pengembangan kawasan, yang akan mengembangkan kemajuan daerah ini di masa mendatang. Namun demikian, sekali lagi, Pemerintah harus bisa melakukan perencanaan yang matang agar tidak menjadi bumerang dari sebuah kebijaksanaan.

Beliau menjelaskan, dana pembangunan pelabuhan penyeberangan Nangakeo sebesar 18 Miliar bukanlah jumlah yang sedikit. Sehingga diharapkan pembangunan tersebut benar-benar dimanfaatkan dengan baik nantinya. Demi kepentingan masyarakat Kabupaten Ende dan daerah perbatasan di Kabupaten Ngada.

[dikutip dari Flores Pos, Februari]
 
Saturday, February 14, 2004
LEBIH JAUH TENTANG DANAU KELIMUTU


Namanya : Danau Kelimutu. Nama lainnya : Keli Mutu, Kawah Tiga Warna, dan Geli Mutu. Danau Kelimutu terdiri dari 3 danau yaitu : Kawah Tiwu Ata Polo (+ 1381,5 m) terletak di sebelah timur-laut kawah kedua yaitu Tiwu Nua Muri (+ 1394,4 m), kedua kawah dipisahkan oleh dinding kawah yang tipis (lebar kl. 2,0 m). Diarah barat terletak kawah Tiwu Ata Mbupu (+ 1354,2 m).

Letak geografisnya : 8°46'24" Lintang Selatan dan 121°49'12" BujurTimur Flores - Nusa Tenggara Timur dengan ketinggian : 1384,5 m dpl. Kota terdekat : Ende. Tipe : Gunung api B, dengan Pos Pengamatan Gunungapi yang terletak di Kampung Kolorongo, Desa Koa Nora, Kabupaten Ende.

CARA PENCAPAIANNYA

Untuk mencapai Gunung Kelimutu, dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Denpasar, Ujung Pandang dan kota-kota lainnya biasa ditempuh melalui jalan darat atau udara.

Jalan darat menggunakan travel/kendaraan pribadi menuju Pulau Flores, sampai di labuan Bajo terus menuju Ruteng, dari Ruteng melanjutkan perjalanan ke Ende. Dari Ende menuju ke Kecamatan Moni, bisa menggunakan travel yang disediakan atau rental mobil yang bertebaran di Ende. Bila dari Ende pagi hari, diusahakan berangkat sebelum Subuh, agar nantinya tiba di gunung Kelimutu bertepatan dengan matahari terbit dan kabut belum mulai turun ke tanah. Karena bila kesiangan, kawah danau pun belum tentu dapat kelihatan karena tertutup kabut. Jalanan pun akan susah ditempuh.

Melalui udara bisa menggunakan pesawat ke Maumere, dari Maumere menggunkan kendaraan bus atau bus mini di borong sampai ke Kampung Moni. Bisa juga naik pesawat langsung ke Ende. Di Ende banyak penginapan/hotel yang juga menyediakan jasa travel.

Bila berangkat ke Moni pada siang atau sore hari, bisa menginap dulu di kampung Moni, kampung wisata yang modern, dengan homestay yang bisa ditemui dengan mudah. Harga menginap bervariasi, tergantung homestay dan fasilitas pelayanan yang dipilih. Keesokan subuhnya anda bisa melanjutkan perjalanan ke puncak gunung Kelimutu. Jangan heran bila sepanjang perjalanan menuju puncak, akan ditemui banyak wisatawan mancanegara yang berjalan kaki dengan semangat menuju puncak Kelimutu.

Pencapaian kawah atau puncak relative mudah yaitu melalui desa Koa Nora yang terletak pada jalan utama Ende-Maumere. Kendaraan roda empat dapat mencapai tepi kawah pada ketinggian lk. 1635 m di atas permukaan laut. Dengan bahasa awam, kendaraan yang digunakan bisa diparkir di tempat parkir umum yang terletak di kaki gunung Kelimutu. Untuk mencapai puncaknya, terdapat jalan-jalan setapak yang dibangun pemerintah.

Kondisi umum gunung Kelimutu dengan nama lainnya Geli Mutu adalah gunungapi majemuk yang terkenal karena telaga tiga warnanya, terdapat di Kabupaten Ende - Flores. Secara geografi gunungapi ini terletak pada 8o45’30” Lintang Selatan dan 121 o 50’ Bujur Timur, termasuk wilayah Kabupaten Ende, Flores Tengah Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Tubuh Gunung Kelimutu merupakan kerucut yang dibangun endapan piroklastika hasil letusan eksplosif dan leleran lava yang efusif, mempunyai struktur berlapis, termasuk kedalam tipe gunungapi strato. Lerengnya berkembang kearah timur dan dibagian puncak terdapat 3 (tiga) buah danau kawah dengan warna air yang berbeda. Luas ketiga kawah tersebut kira-kira 1.051.000 meter persegi dengan volume air lk. 1.292 juta m3. Batas antara ketiga kawah tersebut adalah pematang-pematang (dinding) sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut antara 60 o sampai 70 o dan disana-sini tegak lurus. Ketinggian dinding berkisar antara 50 sampai 150 m. Ketiga danau kawah memperlihatkan aktivitasnya pada abad ke-20 ini.

Mengingat data mengenai sejarah letusannya di masa lampau sangat kurang, hingga tidak dapat mengetahui sampai sejauh mana gunungapi ini pernah menimbulkan korban jiwa. Kegiatan terakhir adalah pada tahun 1968; letusan-letusan disusul dengan semprotan-semprotan air serupa “geysers” mencapai tinggi 10 m.

Keadaan PUncak dan Kawah-kawahnya
Kerucut/tubuh Gunung Kelimutu (1640) tumbuh di dalam kaldera Suku Ria atau Mutubasa bersama dengan kerucut Gunung Keli Do (1441) dan Gunung Kelibara (1630 m.) Ketiga gunung ini membangun komplek yang bersambung kecuali bagian selatan Gunung Kelibara terpisah oleh sebuah lembah dari kaldera Suku Ria. Letak puncak-puncak gunungapi ini terjadi karena perpisahan titik erupsi melalui sebuah celah yang berjurus lebih kurang utara selatan.

Dari ketiga kerucut tersebut Gunung Kelimutu merupakan kerucut tertua dan masih memperlihatkan kegiatannya. Kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari kegiatan gunungapi tua Suku Ria. Tubuh gunungapi ini dibangun oleh batuan-batuan piroklastika (bom, lapili, scoria, pasir, abu, awan panas dan lahar) serta leleran lava. Permukaan lerengnya berkembang kea rah timur, tenggara dan baratdaya, memperlihatkan topografi berelief kasar-sedang dibangun oleh satuan aliran piroklastika dan lahar serta jatuhan piroklastika di samping leleran lava andesit. Penyebaran lereng ke arah selatan memperlihatkan topografi berelief sedang, dibangun oleh hasil kegiatan Kelimutu muda kearah ini terhalang oleh Gunung Kelibara. Lereng barat dan utara memperlihatkan morfologi berelief kasar, tingkat kerapatan sungai sedang-tinggi, dengan pola aliran sub parallel- subdendritik, dibentuk oleh lava andesit dan piroklastikan (kerikil, pasir dan abu) bagian atas (puncak) tampak gundul berelief halus, tingkat kerapatan sungai jarang dan batuannya adalah lava andesit dan jatuh piroklastika (abu dan skorial).

Pada puncak Gunung Kelimutu terdapat 3 (tiga) buah sisa kawah yang mencerminkan perpindahan pusat erupsi. Ketiga sisa kawah yang mencerminkan perpindahan pusat erupsi. Ketiga sisa kawah tersebut kini berupa danau kawah dengan warna air yang berlainan dan mempunyai ukuran diameter yang bervariasi.

Danau kawah tersebut adalah Tiwu Ata Polo (danau merah), Tiwu Nua Muri Kooh Fai (danau hijau) dan Tiwu Ata Mbupu (danau biru). Tiwu Ata Polo dan Tiwu Nua Muri Kooh Fai letaknya berdekatan dan hanya dipisahkan oleh dinding selebar 15 sampai 20 meter, terjal hampir tegak lurus, bentuk danaunya lonjong, garis tengah terpanjang lk. 200 sampai 250 m. Dibagian dinding timur Tiwu Nua Muri Kooh Fai terdapat beberapa buah kegiatan solfatara yang mengepulkan uap dan SO2. Pematang-pematang kawah bagian timur berwarna kuning karena endapan belereng dan solfatara tersebut. Kurang lebih 300 m sebelah barat dari Kawah Tiwu Nua Muri Kooh Fai, terdapat kawah ketiga ialah Tiwu Ata Mbupu, dengan pematang kawah berbentuk lingkaran dan jari-jari 175 m sampai 200 m. Dinding kawah terjal mencapai tinggi 50 sampai 75 m di atas dasar kawah. Di tengah dasar kawah ini terdapat sebuah kawah sisa letusan muda yang hampir serupa lingkaran dengan garis tengah lk. 75 m. Dibagian timur Tiwu Ata Polo menjulang sebuah bukit berbentuk kerucut dengan puncaknya yang bundar yaitu Buu Ria sebagai titik tertinggi dari kompleks Kelimutu.

Kemmerling (1929) melakukan pengukuran terhadap kawah-kawah.
Nama : Tiwu Ata Mbupu
Tepi Kawah : 850x700m
Tepi Danau : 1640-1557 m
Ukuran : 300x280 m
Ketinggian : 1400 m
Kedalaman : -67 m
Warna air : Biru (Namun sekarang warnanya hitam dan bila ada yang terjun langsung dan mengambil airnya, nampak amat jernih. tidak mengandung belerang. Lebih mirip danau biasa. Letaknya terpisah dari kedua danau lainnya.)
Isi air : 345.000 m3

Nama : Tiwu Nua Muri Ko'o Fai
Tepi Kawah : 600x380m
Tepi Danau : 1548-1455 m
Ukuran : 380x280 m
Ketinggian : 1420 m
Kedalaman : -127 m
Warna air : Kehijau-hijauan (Warna hijaunya berubah. Kadang hijau muda/pupus yang indah, kadang hijau tua/hijau daun. Setiap 6-8 bulan sekali dari tengah danau ini akan nampak bulatan-bulatan kuning. Nampak asap/uap dari kawah tersebut.)
Isi air : 501.000 m3

Nama : Tiwu Ata Polo
Tepi Kawah : 600x380m
Tepi Danau : 1570-1455 m
Ukuran : 380x280 m
Ketinggian : 1420 m
Kedalaman : -64 m
Warna air : Merah (Sekarang warnanya masih merah menyala, setiap 6-8 bulan akan mengalami perubahan warna menjadi coklat tua yang kemudian kembali ke warna merah tua. Dari danau ini terdapat seperti uap/asap mengepul dari dalam danau.)
Isi air : 446.000 m3

Potensi bahan galian golongan ‘C’. Mengandung potensi Sirtu dan Belerang. Untuk potensi wisata : Danau-danau kawah atau Telaga Tiga Warna tersebut dan keadaan alam yang indah disekitarnya, merupakan gunungapi yang menjadi objek wisata.


[tootyee, dari berbagai sumber, Google & Sejarah Kelimutu]
 
Friday, February 13, 2004
JALAN PUTUS


Setelah tahun 2003 terjadi bencana banjir di kota Ende yang menyebabkan 30 orang meninggal terbawa arus banjir dan beberapa ruas jalan hilang/putus, kini bencana serupa terjadi kembali. Hujan yang turun terus menerus setiap hari (6-8 jam sehari) setiap harinya terus mendatangkan kerusakan dimana-mana.

Kali ini, ruas jalan Ende-Maumere di Km 104, Dusun Arawawo, Desa Aebhubhu, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, kondisinya kian parah setelah sebagian badan jalannya disapu banjir Sungai Kaliwajo, 8 Januari lalu. Pekan lalu ruas jalan ini nyaris putus total tersapu banjir susulan. Dinas Kimpraswil Sikka tengah memperbaiki ruas jalan tersebut dengan membuka jalan alternatif. Hal yang sama yang juga telah dilakukan oleh Pemda Ende setelah bencana banjir setahun yang lalu, yaitu membuka jalan alternatif dengan melewati sungai.

Menurut Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah NTT, Ir. Piter Jami Rebo, M Si mengungkapkan, sekitar 20 persen ruas jalan yang mengalami rusak berat tersebut membutuhkan dana Rp. 120 miliar untuk memperbaiki infrastruktur vital tersebut. Jika tidak, lima atau sepuluh tahun ke depan infrastruktur yang ada akan hancur dan pemeliharaannya membutuhkan dana yang lebih besar lagi.

[dikutip dari Flores Pos, Februari 2004]
 
GELOMBANG MENGHEMPASKAN NYAWA


Musim hujan yang dibarengi dengan angin yang bertiup kencang rupanya menuntut korban. Hal yang baru saja terjadi pada KM Belaza Timor adalah bukti nyata yang terpampang di depan mata. Setelah nahkoda kapal Belaza Timo, Kristianus Lela Sura, asal Minggar - Kecamatan Nagawutung - Kabupaten Lembata dengan selamat terdampar di pantai Larantuka, kini mayat empat orang anak buah kapal kembali ditemukan dalam keadaan membusuk oleh warga desa Sinar Hading (Kawaliwa) dan desa Ila Padang (Lewoharang) pada hari Minggu 8 Februari lalu. Empat mayat tersebut diidentifikasi sebagai Joan Alberto, Jonatan Arabiah, Hijran dan Oce de Rustan.

Kapolres Flotim, AKBP Drs. Darto Juhartono mengatakan Tim SAR akan turun kembali bila laut sudah tenang. Tim SAR yang siap diturunkan pada hari Selasa, 10 Februari 2004 terdiri dari satu regu anggota Polres Sikka, satu regu anggota Brimob, satu regu anggota Kodim 1603 Sikka, satu regu anggota Rapi dan para nelayan yang menguasai perairan wilayah utara Flores.

Kapolres juga menegaskan pihaknya akan selalu berkoordinasi dengan Polres Sikka karena tempat kejadian perkaranya berada di wilayah hukum Polres Sikka. Beliau turut mengharapkan masyarakat pesisir pantai utara dapat ikut membantu polisi dalam proses pencarian para korban KM Belaza Timor. Dihimbau pula kepada para nelayan, pelaut dan pengusaha jasa angkutan laut untuk memperhatikan perkembangan cuaca. Bila tidak memungkinkan untuk melaut sebaiknya tidak usah melaut karena kenekatan bisa membuahkan bahaya, seperti yang terjadi pada KM Belazar Timor.

[dikutip dari Flores Pos, Februari 2004]
 
Wednesday, February 11, 2004
RETURN OF THE KUNANG-KUNANG


Bagi masyarakat yang hidup di luar Ende, Flores dan NTT, Kunang-kunang mungkin hanya terlintas sebagai seekor hewan yang memancarkan sinar matahari yang disimpannya sejak siang, pada malam hari. Namun bagi masyarakat Ende khususnya, Kunang-kunang adalah majalah anak lokal yang bermuatan pendidikan dan moral budaya. Diterbitkan dengan pangsa pasar anak-anak usia sekolah dasar.

Kunang-kunang diterbitkan oleh Penerbit Yayasan Dian, yang terletak dalam areal Misi, Gereja Kathedral, Toko buku Nusa Indah dan Pertukangan. Terletak di jalan Kathedral - Ende. Setelah cukup lama menghilang dari peredaran, majalah tersebut kembali diterbitkan dalam tampilan yang agak berbeda dari sebelumnya. Lebih berbobot baik isi maupun penampilannya. Edisi awal, edisi bulan Januari 2004. Majalah anak-anak ini diterbitkan satu bulan sekali.

Bagi adik-adik yang duduk di sekolah dasar bisa mengirimkan cerita-cerita singkat tentang hal menarik yang dialami sehari-hari. Cerita tersebut akan di muat dalam rubrik Karangan Kecil. Demikian pula dengan puisi. Bagi adik-adik yang berbakat dan berprestasi dalam bidang pendidikan, seni dan kerajinan tangan, akan dipublikasi dalam rubrik Profil. Masih ada lagi rubrik legenda, dongeng dan cerpen tak lupa si Bobi yang akan mengisi kekosongan waktu.

Kunang-kunang, meskipun hanya sebuah majalah anak-anak lokal, namun tidak kalah dari majalah anak lainnya seperti majalah Bobo. Kunang-kunang adalah legenda masa kecil yang tak akan pudar dimakan waktu. Semoga Kunang-kunang akan meraih kembali masa jaya-nya dan akan terus menjadi majalah favorit anak-anak di Kabupaten Ende khususnya dan Flores-NTT pada umumnya.
 
Tuesday, February 10, 2004
TERIMA KASIH


Akhirnya weblog ini selesai juga. Ini adalah weblog yang akan mengupas tuntas semua hal soal Ende, kota kecil dengan multi ras dan budaya yang terletak di pulau Flores, propinsi NTT. Semua tempat-tempat menarik, unsur budaya, adat kebiasaan sampai dengan kejadian sehari-hari yang terjadi di bumi Sanua, akan diceritakan di sini. Well, akhirnya impian saya untuk memperkenalkan Ende khususnya dan NTT umumnya dapat terwujud, meskipun dalam bentuk yang amat sederhana ini.

Terima kasih untuk Yovita Atmadjaja aka vi3, yang telah merancang lay out weblog ini dengan begitu baik. Terima kasih kepada semua yang telah mendukung saya dalam mewujudkan impian-impian ini. Welcome to Ende ...
 
TAMAN NASIONAL KOMODO

Alamat : Labuan Bajo Flores barat Kode Pos 86554
Nusa Tenggara Timur
Telp. (0385) 41004, 41005 Fax. No. 41006

* Ditunjuk sebagai taman nasional oleh Menteri Kehutanan tahun 1990 dengan luas ± 173.300 ha. Secara administratif pemerintahan berada pada wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
* Cara mencapai lokasi :

Denpasar - Mataram - Bima (plane) selama 1,5 jam, dilanjutkan dengan angkutan darat menuju Sape, dari Sape menuju Taman Nasional Komodo menggunakan ferry setiap hari. Kupang - Manggarai - Labuan Bajo (plane) selama 3 jam, dari Labuan Bajo menuju Taman Nasional Komodo menggunakan speedboat/perahu motor/ferry.

* Potensi kawasan :

Taman Nasional Komodo yang diapit oleh Pulau Sumbawa (NTB) dan Pulau Flores (NTT) terdiri dari Pulau Komodo, Pulau rinca dan Pulau Padar serta 26 buah pulau besar dan kecil. Ada sekitar 11 buah gunung/bukit yang ada di Taman Nasional Komodo dengan puncak tertinggi yaitu G. Satalibo (± 735 m dpl), sedangkan Pulau Rinca terutama di bagian selatan berbukit-bukit dan ditumbuhi hutan yang masih lebat.

Mempunyai iklim yang kering dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 800 s/d 1.000 mm per tahun dan suhu udara 17° - 43° C. Musim kunjungan terbaik yaitu antara bulan Maret s/d Juni dan Oktober s/d Desember.

Beberapa flora yang ada di Taman Nasional Komodo antara lain Rotan (Calamus sp.), Bambu (Bambusa sp,), Asam (Tamarindus indicus), Kepuh (Sterculia foetida), yang khas dari Taman Nasional Komodo yaitu Lontar (Borassus flabelifer), Bidara (Zyzyphus jujuba) dan lain-lain.

Selain satwa khas Biawak komodo (Varanus komodoensis) juga terdapat Rusa (Cervus timorensis), Babi hutan (Sus scrofa), Anjing hutan (Cuon alpinus), Kuda liar (Equus qaballus), Penyu, berbagai macam ular dan burung serta ikan hiu, lumba-lumba dan paus.

* Kegiatan yang ditawarkan :

* Rekreasi dan pariwisata alam antara lain berjemur, berenang.
* Panorama alam, diving/snorkling dan lain-lain.
* Penelitian.
* Wisata budaya.

* Fasilitas yang tersedia :
Kantor, wisma tamu, pondok jaga, pusat informasi, pesanggrahan, wisma peneliti, stasiun/laboratorium lapangan, cafetaria, pos jaga, pemandu wisata, shelter, pintu gerbang, MCK, jalan setapak, speedboat/kapal motor dan lain-lain.


* Informasi lainnya :

* Taman Nasional Komodo merupakan salah satu yang ditetapkan sebagai Warisan Alam Dunia (Heritage Site) oleh IUCN.
* Satwa komodo oleh pemerintah ditetapkan sebagai satwa nasional.
* Belkum ada pengusahaan pariwisata alam.
* Taman Nasional Komodo paling Banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.

KAWASAN TAMAN NASIONAL KOMODO

Ucapan mantera yang membayangkan misteri dan mitos, barangkali anda dapat saksikan sepanjang pohon lontar yang berjajar berjumbai di pantai atau rumput-rumputan yang menguning pada pegunungan yang berlipat-lipat, atau kejapan lidah penghuni wilayah ini yang sangat terkenal "Komodo".

Pengunjung yang beruntung yang menempuh perjalanan sulit ke pulau di Taman Nasional Komodo akan menemukan kesemuanya itu dan lebih dari itu.

Terpisahkan oleh jarak dan arus yang kuat, Taman Nasional Komodo adalah merupakan dunia tersendiri. Taman nasional ini terletak pada pulau dataran sunda antara Sumbawa dan Flores.

Di areal ini, di mana dataran tectonic masive berada di bagian bawah bertemu dengan birunya air dari Laut Flores, dan bergelombangnya pegunungan yang menjulang ke langit. Reptil raksasa mandi di dalam teriknya matahari dan suara burung yang merdu menyebabkan hutan menjadi hidup.

Ditetapkan sejak tahun 1980 sebagai salah satu dari lima taman nasional pertama di Indonesia. Taman Nasional Komodo adalah bagian dari warisan dunia yang tidak ternilai harganya.

Meliputi areal 173.300 ha, daratan dan perairan termasuk di dalamnya 3 pulau besar yaitu Komodo (33.937 ha), Rinca (19.625 ha) dan Padar (2.017 ha) dan ditambah pulau-pulau kecil lainnya. Pulau terbesar dari 3 pulau besar yaitu Komodo adalah yang paling bergelombang dengan ketinggian tempat mencapai puncaknya pada 735 m di Gunung Ara.

Taman nasional ini benar-benar merupakan ekosistem yang unik, termasuk rangkaian tumbuhan dan hewan yang sangat mengagumkan, dan dipengaruhi oleh musim kering yang panjang, tumbuhan yang ada secara dramatis sangat berbeda dengan tumbuhan lain di wilayah Indonesia.

Komodo adalah tempat gunung berapi aktif, penduduk yang ramah dan kekaguman lainnya, bahkan mahluk hidup, termasuk satwa purba Komodo. Dikenali karena nilainya tidak digantikan, maka Taman Nasional Komodo telah ditetapkan sebagai warisan dunia pada tahun 1991.

KEHIDUPAN LIAR TAMAN NASIONAL KOMODO

Dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia Taman Nasional Komodo memiliki jumlah jenis tumbuhan dan satwa liar yang sangat terbatas. Hanya jenis-jenis yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang kejam saja yang dapat bertahan hidup di sini.

Dipengaruhi oleh musim kering yang berkepanjangan, dan curah hujan yang rendah, maka tumbuhan di Taman Nasional Komodo secara dramatis sangat berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Lapangan terbuka dengan tumbuhan yang tahan kekeringan mendominasi tempat ini.

Padang rumput savana, adalah yang terbaik menempati lapangan. lebih dari 70% pulau ditutupi oleh lautan rumput-rumputan setinggi dada berwarna coklat kuning, membujur dari permukaan laut sampai 500 meter di atasnya, padang savana dan stepa terdiri terutama rumput dari Heteropogon contortus dan Chloris barbata, Zizpyhus jubata dan lontar (Borassus flabellifer) sering tumbuh menggerombol di tempat terbuka.

Di seluruh kawasan Taman Nasional Komodo dapat disaksikan bayangan pohon lontar yang berujung tajam menjulang ke arah langit. Satwa liar di wilayah ini juga sangat beradaptasi, dengan daerah kering, hanya dua species amphibi yang dapat bertahan hidup, dan hampir semua ular yang ada melingkar dalam kedudukannya untuk hibernasi musim panas.

Hampir semua binatang dan burung yang ada berkaitan dengan jenis campuran satwa Asia-Australia. Kakatua sulphurea, koakiau dan burung gosong tidak lagi ditemukan lebih kebarat dari kawasan Taman Nasional Komodo.

Rusa timor (Cervus timorensis florensis) sangat sering dapat dilihat dan berkumpul di lereng yang berumput, lengkingan panggilan tanda bahaya yang dibuatnya memecah keheningan di kawasan.

Kuda dan kerbau liar juga ditemukan di lapangan savana. Kuda ini hidup di P. Rinca, pada kenyataannya kuda liar hanya di dapat di Pulau Rinca. Mereka berkembang biak pada dataran tinggi di P. Rinca, mengembara dalam kelompok kecil antara 5-10 ekor.

Setiap tahun, hujan yang turun pada musim penghujan (Desember-Maret) mengakhiri musim kering berkepanjangan. Dalam beberapa hari tumbuhan bersemi baru dan kawasan mulai menghijau.

KOMODO DI TAMAN NASIONAL KOMODO

Satwa komodo adalah kadal dan reptil darat terbesar di dunia disebut dengan "Ora" oleh bahasa Manggarai. Komodo dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang sangat kejam dan memegang kedudukan tertinggi pada binatang pemangsa di pulau ini.

Satu-satunya tempat di dunia di mana dapat ditemukan komodo adalah di Taman Nasional Komodo dan bagian barat Flores. Kawasan ini merupakan bagian penting Indonesia di masa silam dan masa akan datang dan merupakan bagian yang tepat dari warisan dunia.

Satwa Komodo dapat mencapai ukuran maksimum 3 meter dan berat 90 kg. Secara ilmiah pertama kali dikenal tahun 1912 sebagai Varanus komodoensis.

Diperkirakan 2.000 individu dewasa secara liar mendiami daerah ini, terbatas di pulau Komodo dan P. Padar, dan pada daerah pantai tertentu di bagian barat Flores.

Satwa Komodo, lebih suka pada semak di dataran rendah sebagai tempat berlindung dan savana sekitarnya untuk mencari makan, kadangkala juga ditemukan pada ketinggian antara 400-600 meter.

Kadal yang berpenampilan gemuk ini adalah sebagai predator dan sekaligus pemakan bangkai. Ora dewasa secara teratur menyerang dan membunuh rusa, babi hutan dan kerbau dan di Rinca juga terhadap kuda liar.

Ora muda yang menetas pada bulan April dari telur yang diletakkan 8-9 bulan sebelumnya berkelompok hingga 20 per sarang, memangsa binatang kecil lainnya seperti toke, insek dan burung di mana ora kecil dapat menangkap dan memanjat pohon. Ora yang lebih tua terlalu berat untuk memanjat pohon.

Ora makanannya tergantung hanya beberapa jenis saja, terutama rusa sehingga membuat sensitive hidupnya bila populasi binatang mangsa menurun. Ancaman terbesar terhadap ora adalah pemburu rusa yang memasuki kawasan melalui tempat yang terpencil menggunakan anjing pemburu, dan seringkali mengambil rusa dalam jumlah banyak dalam waktu singkat.

Terpisahkan dari binatang pemangsa lain membuat komodo berkembang dengan baik. Sementara itu pada tempat terisolasi itu pula membuat jenis ini pada keadaan bahaya. Ora mempunyai daerah jelajah sangat terbatas dibanding binatang predator lainnya di dunia.

Oleh karena penyebarannya yang benar-benar terbatas dan konsekuensinya sensitive terhadap bencana lingkungan, telah menempatkan satwa ini pada kategori jenis-jenis dalam bahaya baik di Indonesia maupun di dunia.

Menempatkan satwa komodo pada daerah yang terlindungi pun tidak menjamin bahwa satwa komodo aman dari kepunahan. Dengan penjagaan yang berkesinambungan dan kesepakatan pelestarian untuk masa depan bagi satwa tersebut, bagaimanapun kita dapat membantu melestarikan satwa yang unik ini untuk generasi yang akan datang.

TIDAK HANYA KOMODO

Walaupun sebagian besar pengunjung ke tempat yang terpencil ini untuk melihat dan berpengalaman dengan satwa komodo, masih banyak yang dapat dinikmati di dalam Taman Nasional selain komodo.

Taman nasional melindungi sejumlah lingkungan yang beragam, mulai dari bawah air dunianya terumbu karang yang berwarna-warni, dan hutan yang ditutupi awan pada puncak bukit yang dingin. Setiap bagian sangat berbeda, baik perbedaan tumbuhan dan satwa yang kesemuanya saling berhubungan.

Penduduk juga merupakan bagian tak terpisahkan di Taman Nasional Komodo. Terletak di beberapa kampung dalam taman nasional, penduduk Pulau Komodo hidup secara tradisional yang sangat tergantung dengan sumber daya laut.

Pengunjung Taman Nasional Komodo mempunyai kesempatan untuk menikmati berbagai dunia yang berlainan dan mendapatkan pengetahuan lebih banyak dari tempat yang istimewa ini.

Sambil melindungi satwa komodo, Taman Nasional Komodo mengundang dan menantang pengunjung untuk memperoleh pengalaman dari keragaman komunitas alamiah dan penduduk asli yang membuat tempat ini menjadi khas.

TAMAN NASIONAL KELIMUTU

Alamat : Jl. Gatot Subroto No. 33
Ende 86317, Nusa Tenggara Timur
Telp. (0381) 21754

* Ditunjuk sebagai taman nasional oleh Menteri Kehutanan tahun 1992 dengan luas ± 5.000 Ha. Secara adminitratif pemerintahan berada pada 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Detsuko, Kecamatan Wolowaru dan Kecamatan Ndona Kabupaten Dati II Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

* Cara mencapai lokasi :

* Kupang - Ende (plane), 40 menit atau Bima - Ende (plane), 90 menit.
* Ende ke desa terdekat Taman Nasional Kelimutu yaitu Desa Koanara (Moni) sekitar 93 km (± 3 jam).
* Desa Koanara - Desa Koposili - Desa Manakuko - Puncak Danau Kelimutu, jalan setapak sekitar 2,5 jam atau dari Desa Woloara - Desa Koposenda - Desa Woloki - Desa Kopo - Puncak Danau Kelimutu, jalan setapak sekitar 2,5 jam.

* Potensi kawasan :

Taman Nasional Kelimutu merupakan daerah yang bergelombang mulai ringan sampai berat dengan relief berbukit-bukit sampai bergunung-gunung dengan puncak ketinggian terdapat di G. Kelibara (1.731 m dpl).

Mempunyai iklim tropis dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 1.615 s/d 3.363 mm per tahun dan suhu udara berkisar antara 25,5° - 31° Celcius. Musim kunjungan terbaik (musim kering) yaitu antara bulan Juli s/d September.

Di G. Kelimutu terdapat Danau Kelimutu yaitu danau tiga warna dengan warna air yang selalu berubah tiap tahun dari merah menjadi hijau tua dan kemudian merah hati, hijau tua menjadi hijau muda, coklat kehitaman menjadi biru langit.

Beberapa flora yang ada di Taman Nasional Kelimutu antara lain Ajang kode (Toona spp.), Kawah (Anthocephalus cadamba), Kesi (Canarium spp.), Kodal (Diospyros ferra), Sita (Alstonis scholaris), Kesambi (Schleichera oleosa), Cemara (Casuarina equisetifolia) dan bunga abadi "Edelweiss".

Sedangkan fauna yang ada di Taman Nasional Kelimutu antara lain Rusa (Cervus timorensis), Babi hutan (Sus sp.), Ayam hutan (Gallus gallus), Elang (Elanus sp.), Srigunting (Dicrurus sulphurea) dan lain-lain.

* Kegiatan yang ditawarkan :

* Rekreasi dan pariwisata alam antara lain hiking, panorama alam, gejala alam.
* Penelitian.
* Wisata budaya dari berbagai suku yang ada di Taman Nasional Kelimutu.

* Fasilitas yang tersedia :
Pondok jaga, shelter, pintu gerbang, MCK, jalan setapak dan lain-lain.
* Informasi lainnya :

* Danau Kelimutu merupakan salah satu dari 9 keajaiban dunia.
 
Ende !!