Wednesday, June 16, 2004
RABIES??
Selama tahun 2004 ini, jumlah gigitan anjing pada manusia semakin meningkat karena sampai pertengahan tahun 2004 ini jumlah gigitan telah mencapai 50 gigitan dan satu orang meninggal dunia, sedangkan pada tahun 2003 lalu jumlah gigitan sebanyak 58 gigitan dan tidak ada yang meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Ende, Drg. Dominikus Minggu Mere, M.Kes di ruang kerjanya, Senin (14/6) menjelaskan, kasus gigitan terbanyak terdapat di KEcamatan Wewaria sebanyak 13 kasus. Sedangkan kecamatan lainnya tidak sebanyak di Wewaria. Detusoko tiga kasus dan di daerah lainnya "Karena Ende adalah daerah endemic sehingga setiap kali gigitan anjing langsung diberi Vaksin anti rabies (VAR)," jelasnya.
Namun, lanjut Drg Mere, masyarakat banyak yang tidak melaporkan kasus gigitan anjing kepada sarana kesehatan spadahal gigtan anjing itu sangat berbahaya sehingga perlu penanganan lebih lanjut. "Apalagi kalau gigitannya di dekat susunan syarat pusat misalnya kepada atau tulang belakang, sangat berbahaya kalau tidak segera ditangani," katanya.
Menurut Mere, ada satu kasus gigitan yang tidak dilaporkan di Lio Timur sehingga tidak dilakukan penanganan secara medis. "AKibatnya beberapa waktu kemudian penderitanya meninggal dunia dalam bulan Mei, meskipun sempat dirawat di RSUD TC Hillers namun korban akhirnya meninggal. Ciri-ciri korban waktu mau meninggal seperti penyakit anjing gila. Karena itu masyarakat agar bisa melaporkan adanyua kasus gigitan sehingga langsung ditangani petugas," sarannya. Ia menambahkan, sejak tahun 1999 hingga tahun 2004 ini, jumlah korban yang meninggal dunia akibat rabies sebanyak delapan orang yakni tahun 1999-2003 sebanyak 3 orang di Wolowari, tiga orang di Detusoko, satu orang di Ende dan tahun 2004 , satu orang di Lio Timur.
Drg Mere menambahkan, untuk penanganan rabies, dinkes Ende selalu berkoordinasi dengan dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Ende terutama dengan laboratorium kesehatan hewan untuk pemeriksaan hewan penggigit dan. "Suada ada tiga penderita yang positif terkena rabies di Detusoko karena kepala anjing tersebut telah diperiksa dan positif rabies," katanya.
Dikatakannya, di lapangan, pihaknya juga sudah bekerja sama dengan dinas pertanian dalam hal vaksinasi untuk anjing misalnya dengan meminjamkan cool box atau termos untuk penyimpanan vaksin rabies untuk anjing karena vaksin sangat sensitive kalau tidak diperlakukan dengan benar. Sedangkan untuk stok VAR, kata Drg Domi, mencukupi karena pada tahun 2003 lalu dinkes dengan dana APBD sebesar Rp 100 juta telah mengadakan VAR. "Stok mencukupi hingga bulan September. Namun karena VAR itu ada masa expire yakni hingga bulan September karena itu harus ada pengadaan lagi. Kami mendengar dari propinsi akan mengadakan VAR karena itu kami akan minta ke propinsi," katanya sambil menambahkan jumlah kasus gigitan tahun 1999 sebnayak 5 kasus, tahun 2000 sebanyak 128 kasus, tahun 2001 sebanyak 226 kasus, tahun 2002 sebanyak 72 kasus dan tahun 2003 sebanyak 58 kasus.
tuteh, dikutip dari Pos Kupang, 15 Juni 2004
Selama tahun 2004 ini, jumlah gigitan anjing pada manusia semakin meningkat karena sampai pertengahan tahun 2004 ini jumlah gigitan telah mencapai 50 gigitan dan satu orang meninggal dunia, sedangkan pada tahun 2003 lalu jumlah gigitan sebanyak 58 gigitan dan tidak ada yang meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Ende, Drg. Dominikus Minggu Mere, M.Kes di ruang kerjanya, Senin (14/6) menjelaskan, kasus gigitan terbanyak terdapat di KEcamatan Wewaria sebanyak 13 kasus. Sedangkan kecamatan lainnya tidak sebanyak di Wewaria. Detusoko tiga kasus dan di daerah lainnya "Karena Ende adalah daerah endemic sehingga setiap kali gigitan anjing langsung diberi Vaksin anti rabies (VAR)," jelasnya.
Namun, lanjut Drg Mere, masyarakat banyak yang tidak melaporkan kasus gigitan anjing kepada sarana kesehatan spadahal gigtan anjing itu sangat berbahaya sehingga perlu penanganan lebih lanjut. "Apalagi kalau gigitannya di dekat susunan syarat pusat misalnya kepada atau tulang belakang, sangat berbahaya kalau tidak segera ditangani," katanya.
Menurut Mere, ada satu kasus gigitan yang tidak dilaporkan di Lio Timur sehingga tidak dilakukan penanganan secara medis. "AKibatnya beberapa waktu kemudian penderitanya meninggal dunia dalam bulan Mei, meskipun sempat dirawat di RSUD TC Hillers namun korban akhirnya meninggal. Ciri-ciri korban waktu mau meninggal seperti penyakit anjing gila. Karena itu masyarakat agar bisa melaporkan adanyua kasus gigitan sehingga langsung ditangani petugas," sarannya. Ia menambahkan, sejak tahun 1999 hingga tahun 2004 ini, jumlah korban yang meninggal dunia akibat rabies sebanyak delapan orang yakni tahun 1999-2003 sebanyak 3 orang di Wolowari, tiga orang di Detusoko, satu orang di Ende dan tahun 2004 , satu orang di Lio Timur.
Drg Mere menambahkan, untuk penanganan rabies, dinkes Ende selalu berkoordinasi dengan dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Ende terutama dengan laboratorium kesehatan hewan untuk pemeriksaan hewan penggigit dan. "Suada ada tiga penderita yang positif terkena rabies di Detusoko karena kepala anjing tersebut telah diperiksa dan positif rabies," katanya.
Dikatakannya, di lapangan, pihaknya juga sudah bekerja sama dengan dinas pertanian dalam hal vaksinasi untuk anjing misalnya dengan meminjamkan cool box atau termos untuk penyimpanan vaksin rabies untuk anjing karena vaksin sangat sensitive kalau tidak diperlakukan dengan benar. Sedangkan untuk stok VAR, kata Drg Domi, mencukupi karena pada tahun 2003 lalu dinkes dengan dana APBD sebesar Rp 100 juta telah mengadakan VAR. "Stok mencukupi hingga bulan September. Namun karena VAR itu ada masa expire yakni hingga bulan September karena itu harus ada pengadaan lagi. Kami mendengar dari propinsi akan mengadakan VAR karena itu kami akan minta ke propinsi," katanya sambil menambahkan jumlah kasus gigitan tahun 1999 sebnayak 5 kasus, tahun 2000 sebanyak 128 kasus, tahun 2001 sebanyak 226 kasus, tahun 2002 sebanyak 72 kasus dan tahun 2003 sebanyak 58 kasus.
tuteh, dikutip dari Pos Kupang, 15 Juni 2004